Bahagia dalam Kegilaan

Pertanyaan paling menarik yang pernah saya dapatkan. Mengapa orang bisa menjadi gila? Tak seorang pun bisa menjawab pertanyaan langsung seperti itu, tapi kita sudah tahu bahwa beberapa penyakit tertentu seperti sipilis, menghancurkan sel-sel otak dan mengakibatkan kegilaan. Sebenarnya, sekitar setengah dari penyakit jiwa dapat dikaitkan dengan penyebab-penyebab fisik seperti memar otak, alcohol, toksin dan cedera. Namun separuh lainnya dari manusia yang menjadi gila ini sudah jelas tidak ada hubungannya secara organis dengan sel-sel otak mereka.

Dalam beberapa pengujian post-mortem, tatkala jaringan otak mereka diteliti dibawah miskroskop yang sangat handal, jaringan-jaringan ini ternyata ditemukan sama sehatnya dengan milik orang pada umumnya.

Jadi mengapa orang-orang ini menjadi gila? Dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, Dale Carnegie mengajukan pertanyaan itu kepada seorang dokter di salah satu rumah sakit jiwa yang paling terkenal. Dokter ini yang sudah menerima kehormatan tertinggi dan penghargaan paling bergengsi atas pengetahuannya dalam masalah ini menyampaikan kepadanya dengan terus-terang bahwa dia tidak tahu mengapa orang menjadi gila. Tak seorang pun tahu dengan pasti. Tapi dokter ini mengatakan bahwa banyak orang yang menjadi gila ini memperoleh perasaan penting dalam kegilaan mereka itu, yang tidak mampu mereka peroleh dalam dunia nyata.

Hidup yang pahit menghancurkan semua mimpi-mimpi dengan kejam dalam dunia nyata, namun dalam kegilaan yang penuh fantasi dan bersinar semua hasrat saling berlomba menyatu dalam kanvas bergelombang dengan angin yang meniup tiang-tiang kapalnya.

Tragis? Kita tidak tahu. Namun dokter itu berkata kepada Dale Carnegie : “kalau saya mampu mengulurkan tangan dan mengembalikan orang yang gila dalam dunia nyata, saya tidak akan melakukannya. Kenapa? Karena mereka lebih bahagia dalam kegilaannya.

Tweet

Subscribe to receive free email updates: