Memperingati Idhul Adha, mari kita tadabburi bagaimana tingginya tingkat ketaqwaan dari seorang nabi Ibrohim alaihis-Salam.Allah menguji beliau dengan empat ujian yang sungguh berat.
1. Ujian pertama
di masa mudanya, Ibrohim gundah melihat kaumnya, termasuk ayahnya, menyembah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat atau pun mudharat.. berkali-kali ia menasihati ayahnya dan kaumnya untuk berhenti melakukan itu, dan menyembah hanya kepada Allah semata, namun tidak juga berhasil.
Akhirnya, ketika seluruh kaumnya sedang bepergian, pada satu hari raya mereka. Ibrohim masuk ke kuil peribadatan mereka dengan membawa kapak, menghancurkan berhala-berhala yang kecil, lalu menggantungkan kapaknya itu di patung yang besar. (Pasti dah sering dengar kisahnya ya? kalo blum silahkan buka surat al-Anbiyaa mulai dari ayat 52)
Singkat cerita, Ibrohim yang sudah dikenal sering mencela berhala-berhala itu, pun di adili oleh kaumnya, hingga mereka pun memutuskan untuk membakarnya hidup-hidup! inilah ujian pertama dari Allah.
Perlu diingat bahwa Waktu itu tidak ada jaminan apa pun bahwa Allah akan membuat api itu tidak membakarnya, tapi Ibrohim tidak mundur, ketaqwaan beliau malah bertambah, dan beliau memasrahkan semuanya kepada Allah. Hingga akhirnya Allah menurunkan pertolonganNya dengan memerintahkan kepada api untuk menjadi dingin dan tidak membakar Ibrohim.
Luluskah Ibrohim dari ujian Allah yang pertama.
2. Ujian kedua
Kaumnya keheranan ketika asap dan abu sudah mereda, mereka masih melihat Ibrohim masih berdiri di tempat ia dibakar dalam keadaan hidup. Mereka takjub sekaligus murka.. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengusir Nabi Ibrohim dari tempat tinggalnya, yang dikisahkan berada di wilayah Babilonia.
Ini ujian kedua dari Allah, bayangkan bagaimana berat rasanya nya di usir dari tanah kelahiran sendiri? ketika kita harus meninggalkan rumah yang sudah bertahun-tahun kita tempati saja rasanya berat sekali.
Hingga beliau pun berkelana dan kemudian menetap di kota Irsyalim (Yerusalem), di Palestina.
3. Ujian Ketiga
Di sana ia menikah dengan wanita bernama Siti Sarah. Bertahun-tahun berlalu namun tidak kunjung jua mereka memiliki keturunan. Lalu siti Sarah pun mengizinkan Ibrohim untuk menikah lagi, demi kelangsungan garis keturunan kenabian yang Mulia, dan Ibrohim pun menikah dengan Siti Hajar. Dan selang beberapa waktu, mereka dikarunai seorang anak laki-laki, yang kemudia diberi nama Isma'il.
Rupanya hal ini membuat siti Sarah cemburu, dan Allah masih ingin menguji ketaqwaan Ibrohim. diperintahkanNya Ibrahim untuk membawa siti Hajar dan Ismail jauh dari tempat tinggalnya, hingga mereka sampai di tempat tandus, dan Allah memerintahkan Ibrohim untuk meninggalkan anak dan istrinya tersebut.
Ayah mana yang tega, meninggalkan istri tercinta dan anak yang sangat diharapkan kehadirannya. di tengah-tengah padang tandus? Namun sekali lagi, inilah ujian ketaqwaan bagi beliau. Dan Allah tidak menzholimi hambaNya, padang tandus itu pun berkembang menjadi kota berkat mata air yang muncul dari tempat kaki Isma'il kecil berbaring, yang ketika melihatnya, Siti hajar - yang telah bolak=balik bukit Shofa dan Marwa- berteriak, "Ketemu! Ketemu!", ato dalam bahasa arabnya, "Zam zam! Zam zam!"
yup, padang tandus itu kini dikenal sebagai kota Mekkah.
4. Ujian keempat
Beberapa tahun sesudahnya, ketika Isma'il memasuki usia remaja. Nabi Ibrohim gelisah. Ia melihat dalam mimpinya, dirinya menyembelih Isma'il dengan tangannya sendiri. Mimpi itu datang tiga malam berturut-turut. Dan karena syaithon tidak dapat menguasai diri para nabi, maka beliau pun yakin bahwa itu adalah perintah dari Allah untuk dilakukan.
Lalu terjadilah dialog yang termaktub di surat Ash Shooffaat [37] ayat 102-110,
Ibrohim berkata: "wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?"
apa jawaban Isma'il yang masih berusia remaja itu?
Isma'il menjawab, "wahai ayah ku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapati ku termasuk orang-orang yang sabar." Subahannallah..
Hati Ibrohim tambah teriris mendengar jawaban luar biasa dari anaknya, mana mungkin ia tega menyembelih seorang anak yang luar biasa tingkat akhlaq nya? Dilema melandanya, antara memilih perintah Allah dan kecintaan terhadap anaknya, disinilah letak ujian keempat bagi beliau.
Namun Beliau tetap memilih melaksanakan perintah Allah, mereka pun pergi ke satu tempat, lalu Ibrohim membaringkan Isma'il, dan ketika Ibrohim mengangkat pisaunya, Allah berfirman: ""wahai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu."
maksudnya, Ibrohim telah melaksanakan apa yang Allah inginkan. Allah tidak ingin Ibrohim menyembelih Isma'il, Dia hanya ingin melihat ketaqwaan Ibrohim. maka Allah pun mengganti perintah Nya dengan perintah menyembelih sembelihan hewan.
0 Response to "4 Ujian Nabi Ibrahim"
Post a Comment