Setelah empat bulan putus dari Athir, Rena memeng tidak ingin pacaran lagi sudah banyak laki-laki tampan, mapan, dan mempunyai pekerjaan yang cemerlang mendekat kepadanya tapi semuanya Rena tolak mentah-mentah. Hanya Athir yang ada dipikirannya seorang mahasiswa jurusan kedokteran yang sebentar lagi sudah selesai kuliah S2-nya. Athir tega menghianati Rena, wanita yang sudah 4 tahun lebih setia berada disampingnya, Athir terlibat cinta lokasi dengan seorang dokter muda di tempat ia ko’as.
Kini Rena telah sibuk dengan pekerjaannya sebagai
pengacara muda yang berbakat, tetapi gelar Rena bertambah satu lagi bukan hanya
pengacara muda yang berbakat, tetapi
juga pengacara muda yang mata duitan belum kelar kasus yang ditanganinya, ia menerima kasus yang lainnya lagi. Sebenarnya semua itu dia lakukan untuk menghilangkan Mahatir dari benaknya, semakin ia sibuk semakin sulit ia memngingat masa-masa indahnya bersama Mahatir.
juga pengacara muda yang mata duitan belum kelar kasus yang ditanganinya, ia menerima kasus yang lainnya lagi. Sebenarnya semua itu dia lakukan untuk menghilangkan Mahatir dari benaknya, semakin ia sibuk semakin sulit ia memngingat masa-masa indahnya bersama Mahatir.
“Ren kamu jgn nyiksa
diri donk…, kamu gak bolerh kayak gini….”
“Ia ren kamu dengarkan
julukan mereka semua sama kamu.., kita gak tega ngeliat kamu dipandang sebelah
mata sama semua orang…!”
“Kalian ini kenapa
sih.., sy aja santai dengan semua ini kog mlah kalian yang geregetan???
Ooowwh…. Atau jangan-jangan kalian juga iri dengan keberhasilan saya??!! bukan
saya yang mau ngambil kasus mereka tapi mereka semdiri yang menyodorkan
kasusnya sm saya, itu karena mereka lebih percaya sm saya dari pada sm
pengacara yang lain termasuk kalian juga….!” Memeang semenjak putus dengan
Athir, Rena menjadi sangat cool dengan siapa saja termasuk dengan
sahabat-sahabatnya sendiri. Rena yang dulunya periang dan lincah kini menjadi
sangat tertutup dengan semua orang temasuk dengan orang tuanya.
“Kamu kenapa ngomong
giti Ren kita ini sahabat kamu, kita gak mau lihat kamu jatuh sakit hanya
karena masalah kamu dengan Mahatir, kalau kamu emang masi setress…., ok kita
akan temanin kamu ketempat yang bisa bikin kamu teriak sepuasnya, tp tolong Ren
kembali seperti dulu lagi kita gak tega lihat kamu menderita seperti ini..”
“aduuuuh… siapa yang
bilang saya menderita sich, saya happy koq dengan keadaan saya sekarang, kalian
aja yang melebih-lebihkan, uda deh saya banyak pekerjaan, so.. dengan hormat
saya minta kalian berdua keluar dari ruangan saya! Okay..”
“yah uda deh Ren
terserah kamu ajha tp asal kamu tau kapanpun kamu butuh bantuan saya dan Meta
kita akan selalu siap membantu kamu..”
“Thank you!!!”
Begitu kedua sahabatnya
meninggalkan ruangannya, tanpa berfikir panjang lagi Rena melanjutkan
pekerjaannya, menyelesaikan berkas-berkas yang harus dibawanya kemeja hijau!
Seiring berjalannya
waktu rena mulai bias melupakan Athir, walupun belum sepenuhnya karena sampai
saat ini Rena belum mendapatkan pendamping hidupnya dan sebenarnya Athir
sendiripun belum menikah sampai saat ini dia masih menunggu Rena menerima
cintanya lagi tetapi hati Rena sudah terlanjur membeku untuk semua laki-laki.
“Karena ku sanggup
walau ku tak mau
Berdiri.. sendiri
tanpamu
Ku mau kau tak usah
ragu
Tinggalkan aku…. Kalau
memeng harus begitu”
Reff lagu Agnes Monica benyanyi indah di HP Rena, itu adalah nada dering rena yang
memang menjadi lagu andalannya semenjak putus dengan Athir!
“Halo…. Halo… ha….”
Suara Rena terhenti ketika mendengar suara laki-laki dibalik HPnya suara itu
seperi tidak asing lagi baginya,
“Hay pandaku.. pa
kabar…” panggilan panda emank uda lama tak didengar oleh rena itu panggilan sayang
Athir untuk Rena yang emank agak sedikit gemuk putih dan lucu persis seperti
boneka panda yang gemesin.
“A…ak…akuuu….,
baik-baik ajha kog…. Huff… iaaa… aku baik-baik ajha… hehehe… (tertawa yang
sangat terpaksa, dasar rena begoo’)!!!” rena dongkol sendiri dengan tertawanya
tadi..!
“Sukur deh panda kl
kamu baik-baik ajha, panda aku kangen banget ma km, boleh gak kita ketemuan????
Please”
“O….okay…, di mana??”
“ditempat biasa, pas
jam makan siang”
“Okay” tut..tut..tut…
Belum sempat Athir
bicara Rena uda munut HPnya, Athir tau Rena masih sangat benci padanya, tetapi
athir juga tak bias membohongi perasaannya dia masih sangat cinta sama Rena,
wanita yang dulu pernah ia sakiti!
….
Tepat jam 12.00, Rena
dan Athir sudah duduk di Café trmpat mereka sering ngobrol sewaktu pacaran
dulu,
“Ren… ini km yah??? Yah
ampun gak nyangka saya km berubah kyak gni, km uda pke kerudung, km jg agak
kurusan dan kamu….., agak pucat..! kamu kenapa panda??? Kamu sakit yah???
“Aku gak kenapa-kenapa
koq p’dokter, aku sehat wal-afiat…, dan tolong jangan panggil aku panda, karena
seperti yang kamu lihatkan aku uda gak gemuk lagi kyak dulu.”
“justru itu yang bkin
aku heran panda…, kamu tuh gak cocok kalau kurus dan setahu aku kamu gak bisa
nurunin badaan kamu, kecuali kl kamu emank sakit.. tp aku seneng ngeliat km uda
benar-benar brubah km uda pake kerudung km makin cantik the…,”
“Mahatir.. aku tau kamu
dokter, tp tolong yah jangan nganggap aku orang sakit, karena aku ini gak
sakit…, dan mkash banyak uda muji aku, aku uda sadar kalau aku harus menjadi
seorang muslimah yang sesungguhnya, emang sih belum terlalu sempurna tp paling
tdk aku uda menutup aurat aku!”
“oke.. sukur deh kalau
kamu gak skit dan Alhamdulillah krn kamu sudah lebih baik dari yang dulu, yah
uda kita makan sekarang yah…”
Baru setengah
Rena memakan makanannya, dia uda terburu-buru k WC. Rena terus muntah dan
mengeluarkan banyak darah dari mulutnya, kepalanya terasa sakit dan rambutnya
makin rontok. Rena tidak kembali lagi ke meja makan ia berlalri meninggalkan
café takut terlihat oleh Athir, rena terus merasakan pusing mobilnyapun
berjalan sempoyongan, tp untunglah rena berhasil sampai dirumah sakit dengan
selamat sampai disana rena langsung mencari dokter yang meemeng sudah bebebrapa
bulan ini menanganinya!
“Apa sus..
dokternya Adib keluar negeri??? Terus nasib saya gimana sus…???
“tenang aja mba’
dokter Adib telah menyerahkan semua berkas-berkas mba’ sama dokter ahli kanker
yan g gak kalah jagonya dengan dokter Adib!”
“Ia.. terus
dokter itu mana sus??? Saya uda gak than kepala saya sekit sus…” rena mulai
menangis dihadapan susuter, ia pun dibawa ke UGD. Sambil menunggu dokter
pengganti dokter Adib Rena di beri suntikan penenang, agar dia bisa sedikit tenang,
tetapi semua diluar dugaan rena sudah tidak mempan dengan obat itu, ternyata
kanker otak yang dialaminya sudah sangat parah (stadium 4)
“Mba’ Ren harus
memberitahu keluarga mba’ jangan di pendam sendiri mba’ sakitnya, sakit mba’
ini membutuhkan semangat dari orang-orang terdekat mba’, dan tolong mba’ ren
jgn terlalu capek, kalau perlu mba’ harus mengambil cuti, mba’ sudah terlalu
banyak menangani kasus, ini yang membuat mba’ terkena penyakit kenker otak”
Sambil terus
menangis rena mengingat semua kata-kata dojter Adib kepadanya!
“(aku enmgnk g
akan hidup lama, apapun yang aku lakukan semua itu hanya untuk membuat aku
tidak merasakan detik-detik kematianku, ayah mama maafkan rena yang gak bias
menyusul kalian ke Amerika, rena cinta sm Indonesia rena di lahirkan di
Indonesia dan Rena juga akan Mati dan di makamkan di Indonesia)” inilah isi
surat rena untuk kedua orang tuanya yang sudah terbang k Indonesia karena
mendengar kabar tentang Rena.
“susteeer…
sakiiiit…aaaauuuuu…” rena kini pingsan dan tak sadarkan diri.
Mahatir terus
mengomel sambil berjalan di koridor rumah sakit..
“Dasar panda
ternyata kebiasaan buruknya gak pernah berugbah, ninggalin saya gitu aja tanpa
pamit Hpnya jg mati…., panda..panda…, ini yng membuat saya tidak bias melupakan
kamu kamu beda’ dari wanita lainnya!”
“Aduh dok..
doter kemana ajha, pasian gawat dok…”
“Oh iya maaf
terus sekarang pasiennya diman????”
“ada di UGD dok,
untuk sementara ini ditangani oleh dokter Firman, karena pasien sudah koma..”
“apaaa…
komaaa????” (Mahatir menuju ke UGD dengan langkah terburu-buru, mulutnya masih
saja mengomel pelan) “Ya ampun… ini semua karena Rena saya jadi menelantarkan
pasien saya, padahal diakan pasien rujukan dok..ter….” Belum sempat Athir
melanjutkan omelannya ia terkejut melihat pasien rujukannya yang sudah
terbaring lemas di hadapannya!
“dok.. ini pasiennya,
td waktu kesinj dia masih sadar, bahkan masi sempat mnyetir sendiri dok..
dok.., dokter..”
“eeee… ii…iya
sus… ini teman saya, cepat berikan data-data tentang pasien” Mahatir tidak
sanggup lagi menahan air matanya, sambil membaca riwayat penyaki Rena air
matanya jg terus menetes membasahi berkas-berkas rena yang sedang di bacanya.
…..
Tiiiit…tiiiiit…tiiiit…………..
penghiting denyut jantung Rena mendadak lurus tak bernada lg, Mahatir menjadi panik
sambil terus meneteskan air matanya, ia dan suster-suster yang lain berusaha
untuk mengembalikan Rena tapi apa danya Allah sudah berkehendak lain!!!
……
Suasana duka menyelimuti rumah Rena,
suara tangis pilu dari orang-orang yang menyayangi Rena diiringi dengan
lantunan ayat-ayat suci Al-Quran sungguh menyayat hati setiap orang yang
mendengarnya. Namun ada satu pria yang terus menerus menangis di dekat Rena…
“Pandaku bangun
donk….km gak boleh pingsan terus, aku gak mau kamu cuekin aku kyak gini, Ren
jangan maini aku ayo banguuun…bangun reeeen… rena banguuuun….” Mahatir tidak
bisa menahan kesedihannya ia mulai bicara tak jelas, suara teriaknnya makin
keras, semua orang jadi ikut manangis karenanya. Tiba-tiba Mahatir di kejutkan
oleh suara laki-laki setengah baya yang sudah sangat ia kenal…
“Istigfar
Mahatir…Allah tau yang terbaik untuk Rena, kamu tudak boleh seperti ini!!”
“A…Ap…Apaaa????
Td Om bilang Apa????” Mahatir benar-benar terkejut dengan kata-kata Ayah Rena
tadi
“Iya Mahatir, Om
sudah Mualaf dari tiga bulan yang lalu, hanya saja Om belum sempat mengabarkan
berita baik ini kepada puteri semata wayang Om, rencananya Om ingin datang
minggu depan dan memberi kejutan buat Rena, Om sudah berbulan-bulan mendambakan
saat-saat indah sholat berjamaah bersama Rena dan Ibunya. Tetapi belum sempat
Rena mengetahui kalau Om telah mengikuti jejaknya menjadi seorang mualaf, Rena
uda lebi dulu pergi meninggalkan Om dan Tante…., Om juga sakit Athir, Om
menyesal tidak berada didekat Rena disaat-saat terakhitnya,….. om…om…..” ayah
Rena tidak sanggup lagi berkata-kata, ia hanya berlutut didepan mayat Rena
sambil menangis tersedu-sedu…!
“ahhhh…., tp om
yakin, ini yang terbaik untuk rena. Amin”
“Amin…Amin….”
Semua orang yang mendengar ucapan ayah Rena serempak mengaminkannya!!!
….
Sudah dua tahun
kepergian Rena tapi Mahatir belum menikah juga, ia memang tidak ingin menikah
karena ia hanya mencintai Rena, seorang warga Negara Amerika campuran
Indonesia(Makassar) yang menjadi mualaf setahun sebelum kenal dengan Mahatir,
kini Ayahnyapun telah menjadi seorang mualaf dan menetap di Makassar bersama
isterinya dan dua orang pembantu rumah tangga!!
Rena tetap menjadi kenangan manis
bagi siapa saja yang mengenalnya, dia seorang gadis ramah yang periang dan
sangat rendah hati, meskipun di akhir-akhir hidupnya Rena menjadi sangat
tertutup tetapi itu tidak merubah pandangan orang yang mengenalnya!!!
….
Cerita ini hanya
fiktif belaka, kalupun adanya kesamaan nama ataupun peran didalam cerita itu
hanya karena ketidaksengajaan.
(Nhu-nu Abdullah)
(Nhu-nu Abdullah)
0 Response to "Kasihku Telah Berselimut Tanah"
Post a Comment